CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Minggu, 11 Mei 2008

10Tips Berbicara Pada Anak Agar Mereka Mendengar

10Tips Berbicara Pada Anak Agar Mereka Mendengar

1. Connect before you direct
Sebelum memberikan arahan kepada anak Anda, jongkoklah setinggi level
mata anak Anda dan tatap matanya untuk mendapatkan perhatiannya.
Ajarlah dia bagaimana untuk fokus: ‘Mary, saya butuh perhatianmu’ ,
‘Billy, saya butuh kamu mendengarkan ini’. Berikan ‘bahasa tubuh’ yang
sama saat mendengarkan mereka. Pastikan kontak mata Anda tidak terlalu
intens sehingga anak Anda menganggap pandangan mata itu sebagai cara
‘berkomunikasi’ bukan ‘mengontrol’ .

2. Address the child
Awali permintaan Anda dengan menyebutkan nama anak Anda, Lauren, bisa
tolong …

3. Stay brief
Gunakan aturan ’satu kalimat’: letakkan kata arahan di permulaan
kalimat. Semakin lama Anda bertele-tele, anak Anda semakin berperi
laku ‘tuli’ dengan isi kata-kata Anda. Terlalu banyak bicara adalah
kesalahan paling umum terjadi saat berdialog tentang suatu masalah.
Kondisi seperti ini membuat anak Anda merasa bahwa Anda sendiri tidak
terlalu yakin dengan apa yang ingin Anda sampaikan. Dan ia akan
beranggapan bahwa semakin ia membuat Anda terus bicara, semakin mudah
membuat Anda menyimpang dari pokok
masalah sebenarnya.

4. Stay simple
Gunakan kalimat-kalimat pendek dengan kata-kata yang mengandung 1 suku
kata. Cobalah dengarkan bagaimana anak-anak berkomunikasi dengan teman
sebayanya dan cermatilah caranya. Bila anak Anda sudah memperlihatkan
pandangan yang menunjukkan bahwa ia sedang tidak berminat, itu artinya
kata-kata Anda tidak lagi dimengerti olehnya.

5. Ask your child to repeat the request back to you
Jika ia tidak dapat mengulanginya, mungkin kata-kata Anda terlalu
panjang atau terlalu rumit.

6. Make an offer the child can’t refuse
Anda dapat memberikan alasan kepada seorang anak usia 2 atau 3 tahun,
khususnya untuk menghindari ‘unjuk kekuatan’ antara Anda dengannya,
misalnya: ‘Cepat berpakaian supaya kamu bisa main di luar’. Berikan
sebuah alasan untuk permintaan Anda yang memang untuk ‘keuntungan’
sang anak dan juga ’sulit untuk ditolak’ dia. Kondisi ini akan
membuatnya tidak mencoba ‘unjuk kekuatan’ dan mau melakukan apa yang
kita inginkan.

7. Be positive
Daripada mengatakan ‘Jangan lari-lari!’, cobalah dengan: ‘Di dalam
rumah kita berjalan, di luar rumah kamu boleh berlari’.

8. Begin your directives with I want.
Daripada mengatakan ‘Turun!’, cobalah dengan: Saya ingin kamu turun’.
Daripada, ‘Sekarang giliran Becky’, cobalah dengan: ‘Saya ingin kamu
beri giliran buat Becky’. Metode seperti ini berhasil baik untuk
anak-anak yang ingin bersikap baik tapi tidak suka ‘diperintah’ .
Dengan mengucapkan,
‘Saya ingin,’ Anda memberinya alasan untuk ‘rela melakukannya’
dibandingkan hanya sekadar ’sebuah perintah’.

9. When … then.
‘Setelah kamu selesai menggosok gigi, saya akan mulai membacakan
cerita’. ‘Setelah PR mu selesai, kamu boleh nonton TV’. Kata ’setelah’
yang menyatakan bahwa Anda mengharapkan ‘kepatuhan’, lebih berhasil
diterapkan dibandingkan kata ‘kalau’. Pemilihan kata ini mengondisikan
anak pada suatu pilihan, saat Anda tidak bermaksud memberinya pilihan.

10. Leg first, mouth second.
Daripada berteriak ‘Matikan TV, sekarang makan malam!’, cobalah untuk
berjalan mendekati anak, bergabung dengan keasyikannya nonton TV
sebentar,dan setelah itu, saat ada jeda iklan TV, mintalah anak Anda
mematikan TV. Berjalan mendekati anak Anda sebelum memintanya
melakukan sesuatu memiliki pesan tersirat bahwa Anda serius dengan
permintaan Anda. Jika tidak demikian, anak-anak hanya akan
menafsirkannya sebagai pilihan belaka.

0 komentar: